Senin, 12 Oktober 2009
Oleh: Ambarukminingsih*
PATUT menjadi renungan orang tua dan masyarakat umum, terkait perilaku anak-anak sekarang ini. Introspeksi diri melihat bagaimana kondisi anak-anak kita saat ini. Pergaulan bebas, praktik aborsi di kalangan remaja, perilaku seks menyimpang, penyalahgunaan NAPZA, tawuran antar pelajar, gaya hidup hedonis dan perilaku amoral lainnya adalah gambaran anak-anak kita di era kapitalis ini.
Walaupun ada juga anak-anak yang berprestasi, tetapi jumlahnya tidak lebih besar dari anak-anak yang berprilaku buruk. Padahal 20 tahun ke depan, merekalah yang akan memimpin bangsa ini.
Kejayaan dan kehancuran suatu bangsa tergantung kepada kualitas generasi yang mengembannya. Hal mendasar yang sangat menentukan kualitas sebuah generasi adalah pemikirannya. Pemikiran yang cemerlang akan mengantarkan suatu bangsa untuk mencapai keunggulan dan kejayaan, dapat memimpin umat manusia dan mensejahterakan kehidupan dunia.
Dan pemikiran yang cemerlang tentunya merupakan produk sistem pendidikan generasi yang tepat yang mampu melahirkan generasi yang berkualitas, unggul dalam berbagai aspek kehidupan tidak seperti potret buram generasi kita saat ini, yang merupakan buah dari sistem pendidikan kapitalis. Lantas, adakah sistem pendidikan lain yang mampu mewujudkan generasi berkualitas?
Sistem Pendidikan Islam Sebagai Alternatif
Survei membuktikan, sistem pendidikan Islam telah melahirkan generasi nomor satu di dunia yang belum tertandingi kualitasnya oleh generasi anak manusia sepanjang sejarah. Lihat saja Ibnu Sina, yang di dunia Barat disebut Avicena, telah menghasilkan karya monumental yang merangkum segala kemajuan ilmu kedokteran pada saat itu yaitu Qanun fit Thib (The Canon of Medicine).
Dialah Bapak Kedokteran Modern yang meletakkan tujuh aturan dasar dalam uji klinis atas suatu obat. Ilmuwan lain yang berkontribusi dalam bidang kedokteran adalah Al-Kindi yang menunjukkan aplikasi matematika untuk kuantifikasi di bidang kedokteran. Ar-Razi meletakkan dasar-dasar mengenali penyakit dari analisis urin.
Abu al-Qarim al-Zahrawi menemukan berbagai hal yang dibutuhkan dalam bedah, termasuk plester dan 200 alat bedah. Dalam bidang yang lain, Ibnu Firnas menemukan berbagai teknologi seperti jam air, gelas tak berwarna, lensa baca dan yang paling spektakuler adalah pesawat layang yang merupakan cikal bakal gantole.
Abu al-Rayhan al-Biruni, antropolog pertama, menulis detail studi komparasi antropologi dari bangsa-bangsa, agama dan budaya di Timur Tengah, Mediteran dan Asia Selatan. Ibnu Khaldun, seorang polymath yang menguasai banyak keahlian sekaligus, hafiz, fuqaha, astronom, geografer, matematikawan, sejarawan, sosiolog, ekonom dan negarawan. Dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam seperti al-Farabi, Ibnu Hisyam, asy-Syuyuti, al-Asma'i, al-Jazari dll.
Faktor paling menentukan kualitas generasi adalah keimanan dan keilmuannya. Oleh karena itu, dalam pendidikan Islam tidak dikenal adanya dikotomi pendidikan yang lazim terjadi dalam sistem hidup sekuler. Pendidikan tidak hanya ditargetkan untuk mencapai ketinggian teknologi dan ilmu pengetahuan semata, tetapi adalah untuk mencetak generasi yang memiliki keimanan yang kokoh, lalu dengan dorongan keimanan tersebutlah teknologi dan ilmu pengetahuan dikaji, dikuasai dan dikembangkan.
Pendidikan Islam bertujuan mencetak manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam, menguasai ilmu kehidupan (sains, teknologi dan seni) yang memadai, yang selalu menyelesaikan masalah kehidupannya sesuai syariat.
Kepribadian Islam merupakan pilar pembentuk kecerdasan spiritual (berupa bentukan kesadarannya sebagai hamba Allah), kecerdasan emosional (berupa kemampuannya mengendalikan diri agar selalu tunduk pada aturan-aturan hidup dari Allah), dan kecerdasan politik (berupa rasa cinta kepada umat dan dorongan untuk selalu memperhatikan dan ingin berbuat sesuatu terhadap umat).
Kepribadian adalah kondisi peserta didik yang terukur secara kualitatif yang pencapaiannya harus diamati dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar menilainya dengan jawaban-jawaban peserta didik dalam ujian tertulis atau ujian lisan tertentu. Sedangkan penguasaan tsaqafah Islam dan penguasaan ilmu kehidupan adalah sama-sama sebuah kompetensi penguasaan ilmu yang terukur secara kuantitatif.
Siapa yang Bertanggungjawab?
Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Keluargalah yang memiliki andil besar dalam mengenalkan dan menanamkam prinsip-prinsip keimanan. Tanggung jawab keluarga dalam pendidikan generasi adalah pertama, menanamkan keimanan yang kokoh sebagai dasar untuk menjalani kehidupan. Kedua, mengantarkan dan mendampingi anak meraih dan mengamalkan ilmu setinggi-tingginya dalam koridor takwa.
Tanggung jawab kedua adalah masyarakat. Masyarakat memiliki kewajiban untuk mengontrol jalannya penyelenggaraan pendidikan oleh negara maupun swasta. Jika masyarakat menemukan penyimpangan-penyimpangan, misalnya ada pungutan-pungutan liar, pemotongan gaji guru secara tidak wajar, komersialisasi sarana-sarana pendidikan, penyimpangan terhadap tujuan dan metode pendidikan juga aktivitas pendidikan yang bertentangan dengan Islam maka masyarakatlah yang menjadi motor utama mengoreksi dan meluruskan penyimpangan itu.
Serta menuntut negara agar mejatuhkan sanksi terhadap pelaku penyimpangan. Tanggungjawab ketiga adalah negara. Untuk bias mencapai tujuan pendidikan, maka negara harus membuat aturan-aturan dalam penyelenggaraan pendidikan generasi, diantaranya menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta dengan aqidah Islam sebagai landasannya. Kedua, melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-calon guru, yaitu berdasarkan ketinggian kepribadian Islam dan kapabilitasnya dalam mengajar. Ketiga, menu pendidikan yang disajikan harus berupa pemikiran yang bias diamalkan, bukan teori belaka atau sesuatu yang tidak berpengaruh terhadap amal siswa.
Keempat, makna pendidikan dalam Islam adalah pendidikan sepanjang hayat. Artinya, tidak boleh ada pembatasan usia dan lama belajar.
Demikianlah konsep pendidikan dalam Islam. Jika semua itu diterapkan, dibarengi dengan perubahan terhadap sistem-sistem yang lain, niscaya generasi berkualitas akan terwujud. (*)
KPK: Tim Baru Mulai, Pengusutan Century Butuh Waktu
Rabu, 2 Desember 2009 | 16:44 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi sudah membentuk tim khusus untuk menyelidiki skandal Bank Century yang diduga merugikan negara senilai Rp 6,7 triliun. Plt Pimpinan KPK Mas Ahmad Santosa mengatakan, proses pengusutan untuk kasus sebesar itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. "Tim kami sedang melakukan telaah dan kajian. Kami memberikan kesempatan untuk mendalami, dan itu butuh waktu," kata Mas Ahmad Santosa, Rabu (2/12) di Jakarta.
Mas Ahmad juga belum bisa memastikan kapan proses tersebut bisa sampai ke tahap yang lebih serius. "Sampai saat ini tim masih belum menyampaikan laporan. Saya tidak tahu akan berapa lama. Namun, kami tidak mau mereka buru-buru bekerja. Tajamkan dulu analisisnya," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, dengan proses dan waktu yang terus berjalan, perkembangan kasus Century kemungkinan besar akan bisa ditangani saat dua pimpinan KPK lainnya, Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah, sudah kembali memimpin. "Saya kira pimpinan baru nanti yang bisa meng-handle," tuturnya.
Info
Belajar membuat website »
Zaman sekarang kita dituntut untuk lebih banyak belajar, tuntutan zaman membuat kita harus mampu bersaing, salah satunya adalah Membuat Blog, blog adalah hal yang sanagat baik untuk kita gunakan.Bagi anda yang sulit membuat blogspot silakan kunjungi blogs ini : wwww.bangwahid.blogspot.com.Insya Allah saya dapat membantu anda.
Zaman sekarang kita dituntut untuk lebih banyak belajar, tuntutan zaman membuat kita harus mampu bersaing, salah satunya adalah Membuat Blog, blog adalah hal yang sanagat baik untuk kita gunakan.Bagi anda yang sulit membuat blogspot silakan kunjungi blogs ini : wwww.bangwahid.blogspot.com.Insya Allah saya dapat membantu anda.
Sunday, November 29, 2009
Membangun Generasi Berkualitas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment